Kelelahan

Posted

in

,

by

Tags:

Sebuah catatan saat teduh & perenungan pribadi penulis tanggal 19 april 2025. Tulisan disajikan tanpa pretensi untuk mengubah makna asli dari Firman Tuhan. Semoga pembaca dapat terbantu melalui tulisan ini.

1 Raja-raja 19

Konteks:
Setelah kemenangan Elia di Gunung Karmel, waktu dia sendirian melawan 450 nabi Baal yg akhirnya nabi-nabi Baal dibunuh, setelah orang-orang Israel kembali diyakinkan bahwa Tuhan adalah Allah yg benar lewat mukjizat api dari langit. (1 Raja-raja 18:16-46)

Elia Burnout (1 Raja-raja 19:1-3)
Raja Ahab bercerita ke Izebel, istrinya mengenai hal yang terjadi di Gunung Karmel. Izebel marah lalu mengancam akan membunuh Elia. Nabi Elia yang baru saja melawan ratusan nabi-nabi Baal bahkan menyaksikan mukjizat api dari langit, menjadi takut oleh ancaman tersebut.

1 Raja-raja 19:3 TB
[3] Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.

Betapa rapuhnya manusia, bahkan setelah mengalami hal-hal besar bersama Tuhan, kelelahan/kejenuhan fisik dan emosional tetap bisa terjadi.

1 Raja-raja 19:4 TB
[4] Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ”Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.”

Elia kabur menyelamatkan dirinya, dibawah pohon arar ia mencapai titik terendahnya. Kata-katanya menggambarkan:

  • Ekspresi keputusasaan yang mendalam
  • kelelahan fisik, emosional, bahkan burnout

Respon Tuhan (1 Raja-raja 19:5-8)
Karna kelelahan, Elia tertidur. Tuhan lalu mengirimkan malaikat untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Malaikatnya membangunkan Elia dua kali, memberikan roti bakar dan air minum.

1 Raja-raja 19:5 TB
[5] Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ”Bangunlah, makanlah!”

Tuhan sangat mengerti adanya hubungan yang erat antara kondisi fisik, emosional, dan spiritual.

Perjumpaan dengan Tuhan (1 Raja-raja 19:9-18)
Elia mencurahkan perasaannya, ia telah melayani sangat keras bagi Tuhan, tetapi bangsa Israel murtad, nabi-nabi Tuhan dibunuh, dan hanya dia sendiri Nabi yang tersisa, bahkan nyawanya pun terancam.

Ayat 11-12, Tuhan menyuruh Elia berdiri diatas Gunung.

1 Raja-raja 19:11-13 TB
[11] Lalu firman-Nya: ”Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!” Maka Tuhan lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu.

[12] Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.

[13] Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: ”Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”

Tuhan tidak hadir di dalam angin, gempa, atau api. Tuhan datang bersama bunyi angin sepoi-sepoi biasa yang lembut. Menarik sekali bahwa Tuhan hadir dengan kelembutan dan ketenangan waktu Elia sedang berada di titik terendahnya.

Mungkinkah kita dapat meluangkan waktu dalam keheningan untuk mendengarkan suara lembut Tuhan di tengah riuhnya kehidupan dan pelayanan kita?

Ayat 15-18, Tuhan tidak menghakimi perasaan Elia, tetapi memberikan solusi praktis, perspektif lain dan tujuan baru yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram, Yehu menjadi raja Israel, dan Elisa menjadi nabi penggantinya.

Apa yang bisa kita pelajari:

  1. Adalah sebuah kewajaran jika burnout, stres, dan kelelahan terjadi, kondisi ini dapat dialami oleh setiap individu.
  2. Di tengah hiruk-pikuk berbagai aspek kehidupan, carilah Tuhan dalam ketenangan, keheningan, dan doa.
  3. Tuhan mampu memberikan tujuan hidup dan perspektif baru, yang menyalakan kembali gairah untuk melanjutkan hari demi hari.
  4. Meskipun kondisi fisik, mental, dan spiritual kita sedang terpuruk, kita tetap memiliki potensi luar biasa untuk dipakai Tuhan dalam melakukan pekerjaan-Nya yang baik.

Perlu teman untuk merenungkan firman bersama? Tinggalkan komentar dibawah atau dapat menghubungi melalui Email.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *